Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memenangi pilpres putaran kedua yang diselenggarakan 28 Mei serta hendak kembali mengetuai negeri itu buat dekade ketiga. Erdogan berterima kasih kepada para pendukungnya serta mengakibatkan kalau kemenangan dirinya dalam pilpres merupakan kemenangan segala Turki.
Semacam dikutip Reuters serta CNN, Senin( 29/ 5/ 2023), hasil penghitungan sedangkan yang dirilis Dewan Pemilu Paling tinggi Turki( YSK) pada Pekan( 28/ 5) menampilkan dengan 99, 43 persen suara sudah dihitung, Erdogan meraup 52, 14 persen suara melawan capres oposisi Kemal Kilicdaroglu dengan 47, 86 persen suara.
Perolehan itu menampilkan Erdogan hendak kembali berprofesi selaku Presiden Turki buat masa jabatan 5 tahun ke depan, ataupun sampai tahun 2028.
Kemenangan Erdogan ini pula memperpanjang kekuasaannya selaku pemimpin terlama semenjak mendiang Mustafa Kemal Ataturk mendirikan Turki modern dari reruntuhan Kekaisaran Ottoman seabad kemudian.
Dikala berdialog di hadapan ribuan pendukungnya yang berkumpul di luar lingkungan kepresidenan di Ankara, Erdogan mengakibatkan kalau sekaranglah waktunya buat mengesampingkan seluruh perdebatan serta konflik terpaut periode pemilu serta bersatu dalam tujuan serta impian nasional kita.
” Kami bukan salah satunya pemenang, pemenangnya merupakan Turki. Pemenangnya merupakan seluruh bagian dari warga kita, demokrasi kita merupakan pemenangnya,” sebut Erdogan yang saat ini berumur 69 tahun.

” Aku berterima kasih kepada tiap orang yang sekali lagi membagikan kami tanggung jawab buat memerintah negeri ini 5 tahun lagi,” ucapnya.
Lebih lanjut, Erdogan menegaskan kembali kalau memerangi inflasi serta mengobati cedera dari bencana gempa bumi dahsyat pada 6 Februari kemudian yang membunuh lebih dari 50. 000 orang di Turki serta Suriah hendak jadi prioritas utama pemerintahannya.
Kilicdaroglu Sebut Pilpres Tahun Ini Sangat Tidak Adil dalam Sejarah!
Dalam statment terpisah di markas besar Partai Rakyat Republik( CHP) di Ankara, Kilicdaroglu menegaskan dirinya hendak terus berjuang sampai demokrasi sebetulnya terdapat di Turki. Ia pula menyebut pilpres tahun ini selaku yang sangat tidak adil, tetapi ia tidak berkata hendak menggugat hasilnya.
” Ini ialah periode pemilu yang sangat tidak adil dalam sejarah kita… Kita tidak hendak tunduk pada hawa ketakutan. Dalam pemilu ini, kemauan rakyat buat mengganti pemerintahan otoriter jadi jelas terlepas dari seluruh tekanan yang terdapat,” tegasnya.
Disebutkan Kilicdaroglu kalau perihal yang betul- betul membuat aku pilu merupakan hari- hari susah yang hendak dialami negeri kita.
Kekalahan Kilicdaroglu mungkin hendak diratapi oleh sekutu- sekutu Turki di NATO yang merasa takut dengan terus menjadi dekatnya ikatan antara Erdogan serta Presiden Rusia Vladimir Putin, yang sudah mengucapkan selamat kepada teman terkasihnya atas kemenangan dalam pilpres tahun ini.